Senin, 08 Agustus 2016

KUPU KUPU NEBULA





Telah lama aku berharap pada apa yang sama sekali tak terharapkan. Telah lama aku menunggu segala apa yang tak pantas ditunggu. Terlalu membuang waktu untuk apa yang tak pantas diberi waktu. Entah dinamakan dengan apa semua itu. Tapi aku terus mencoba tanpa letih berfikir semua akan menjadi baik semuanya. Kubiarkan semua racun-racun itu menggerogoti pikiranku serta waktuku, menghabiskan sisa-sisa jam yang berjalan untuk menggantikan hari berikutnya. Siapa sangka ternyata itu membuatku terpental hingga keluar dari bumi ini. Aku gelap tanpa cahaya , pupil mataku mengecil-membesar untuk mencari cahaya tapi tak kunjung ada.


Aku gelap

Aku gelap

Aku dalam kegelapan


Waktupun berjalan hingga bertahun-tahun gelap itu tak pernah berubah menjadi terang. Aku belum terbangun dari hibernasi ini. Terpuruk dengan gelap dan dinginnya udara serta sedikitnya oksigen yang aku punya. Tekanan ini terlalu menyiksaku.


Aku dalam kegelapan.  

   
Aku rindu merasakan panasnya matahari, membludaknya debu-debu jalanan, ributnya angin yang saling berkejaran, tetesan setiap air hujan yang turun, dan kriminal yang sering terjadi padaku. Sesekali aku rindu gelang yang kugunakan ditangan kiriku serta sepatu kets yang selalu menemani kaki mungilku pergi kemana-mana. Aku tak punya sosok lain selain kegelapan ini, kegelapan yang semakin mengikatku untuk tetap selalu bersama. 


Mungkin dibumi sana masih ada harapan untuk melihat terang dan hangatnya matahari.
Aku rindu bagian dimana aku berperan dibumi sebagai ruang terbaik yang pernah ada. Aku tak biasa dengan kegelapan ini tak ada siapa-siapa disini hanya gelap yang ada tapi berkat tahun-tahun yang telah berjalan aku semakin terbiasa dengan gelap ini. 


Telanjang didalam kegelapan bukan bagian yang paling menyenangkan untukku dan ini adalah kenyataan. Aku bisa mendengar, aku bisa merasakan sesuatu yang ingin menjamahku, aku bisa menyentuh luasnya sayap-sayap dimana aku terdampar, tapi aku tak bisa melihat terang. Aku bisa mendengarkan percakapanmu dibumi. Dimana kau masih menginginkannya, dimana kau masih berbicara dengannya itu sebabnya aku berada jauh dari bumi. Jauh bumi jauh langit, omong kosong. 

Parade apa lagi yang akan kau permainkan. Aku belum bosan, aku menunggu. Tenang saja aku masih memiliki jantung yang sehat untuk kita bermain. Dan pastikan kau mengetahui permainan itu jangan sampai terjebak kembali sebab permainanmu tidak semudah rubik yang menarik. Aku yakin permainanmu melebihi sebuah rubik. Oleh karena itu aku berani menunggu. 


Entah hari apa dibumi saat ini yang pasti bukan harimu. Kuharap kau terjaga disana dan ku harap aku bisa segera keluar dari kegelapan ini. Sesekali aku mendengar suaramu bersamanya dan kau masih diliputi kenangan lama bersamanya. Semoga itu hanya lintas imaji ku saja. Zat feromon dalam tubuhku membludak ingin sekali rasanya aku tak ingin memiliki zat ini agar aku bisa tak merasakanmu.


Aku masih berada jauh dari bumi. Tapi aku melihat seisinya sangat tenang dan seolah tak ada apa-apa. Aku mungkin penemuan yang baru saja ditemukan oleh orang lain orang yang berada diluar bumi ini, mungkin!

Aku melihatnya dikejauhan aku bisa merasakan kesendirian yang dia alami. Tapi aku tak bisa bergerak. Kedua tanganku serasa mati rasa tak mampu untuk bergerak. Seperti kepakan sayap kupu-kupu yang kaku.


‘’Halo..Kau baik-baik saja? Kuharap kau baik-baik’’


‘’Tidak, tidak seperti yang kau harapkan. Aku buruk.’’


‘’Kenapa kau buruk? Bukankah ada aku terlihat lebih menyenangkan?’’


‘’Tidak!’’


‘’Kenapa?’’


‘’Kau jauh, kita tak mungkin bisa saling melihat. Kita hanya bisa mendengar. Ingat itu baik-baik”.  Tapi tunggu dulu.. Kau tahu aku ada disini dari mana?’’


‘’Ha-ha-ha. Kita tidak hanya bisa mendengarkan saja. Aku bisa merasakan keberadaanmu disini. Diruang kegelapan ini aku merasa kita akan menjadi lebih baik ketika kita saling berbicara walaupun tak saling melihat. Bukankah begitu?’’


‘’Kau benar juga. Aku baru menyadarinya, ngomong-ngomong makasih sapaan mu. Kenalkan aku Nebula, aku tak tau berasal dari mana yang pasti saat aku membuka mata aku berharap aku adalah terang dalam sebuah ruangan. Kamu siapa?


‘’.....’’


‘’Hei.. Kau mendengarkanku?’’


‘’Eee..Ya. Ya. Aku mendengarkanmu Nebula. Namaku? .... ‘’


‘’Siapa? Siapa kau? Kenapa kau berhenti berbicara? Kenapa kau lupa namamu? Ada apa denganmu?’’


‘’Panggil saja aku Bu.’’


‘’Apa? Bu ?’’


‘’Yaaaa’’


‘’Ahh.. itu tak baik. Tak kan ku panggil kau dengan sebutan Bu itu. Bagaimana kalau namamu kuganti menjadi Kupu-Kupu? Aku yakin kau berada dan terbang diatas sana yang ingin sekali menyentuhku.’’

‘Hmm.. Boleh, pilihan nama yang bagus sekali.’’

Begitulah percakapan itu terjadi. Awal perkenalan yang baik. Sedikit tak membosankan. Semakin hari semakin sering percakapan itu terjadi hingga aku lupa bahwa aku masih berada dalam kegelapan ini. Aku tak mengenalnya tapi keakraban itu ada dan nyata, kebersamaan itu ada, dan seolah-olah semua adalah nyata yang ada. 

Apa kabar bumi? Aku mendekatkan telingaku dan mendengarkan percakapanmu dengannya. Kalian terlihat nyata, terlihat saling mencari, terlihat semakin meng-ada-kan keberadaa kalian. Aku? Aku tak tau harus berkata apa aku sipemilik kata-kata indah itu bisa kehabisan kata. Caramu bercerita dengannya sangat terpancarkan harapan akan kebersamaan kembali, terpancar tanpa isyarat akan adanya keber-ada-annya aku padamu. Aku semakin menajuh dari bumimu. Tangisku tak dapat tertahan, tangisku adalah hujan dibumi yang tak dipahami oleh bumimu.

Aku mulai merasakan hal aneh yang terjadi. Kesialan-kesialan yang lama ku pahami kini jelas terlihat. Akulah sipencipta kesialan dalam diriku, akulah pelaku biadap itu, akulah kegelisahan itu, akulah kesalahan semuanya. Terkutuklah aku.

Hancur, bubar, meledak!

Aku terpental semakin jauh aku semkain kehilangan jejakmu kepakkan sayapku terbangun dan membentang luas aku mengelilingi kegelapan ini. Sebuah sinar terpancar seperti bintang yang menungguku untuk mengelilinginya. Aku menyesal!

Aku mencari Nebula. Aku memanggil-manggilnya tapi tak ada sahutan. Aku butuh Nebulaku. Nebulaku menghilang, tanpa jejak dan tanpa pamit.

(Nebula.. Nebula.. Nebula)

Dimana tempat kita bertemu lagi? Aku tak mau menunggu hingga menua.

‘’Kupu-kupu?’’

‘’Nebula?’’

‘’Dengarkan pesanku  baik-baik. Mungkin kita takkan pernah saling melihat tapi percayalah kita pasti saling menemukan teruslah terbang disana jangan pikirkan bumimu jadilah pancaran indah di luar bumi yang dapat dibanggakan. Jadilah sang penjaga disana, jangan berharap untuk terus tertidur. Jangan menunggu apapun hingga kau menua jangan lakukan itu. 

Jadilah kupu-kupu nebula terbaik diantariksa jauh dari bumi yang dapat memancarkan cahayanya untuk menenangkan bumi. Untuk menjaga bumi dan menjaganya juga jika perlu. 

Aku kupu-kupu nebula terbaik yang pernah ditemukan diluar bumi, selamat menikmati kehidupan diantariksa tanpa mengikuti jejakmu lagi, tanpa melihatmu lagi, tanpa menunggumu lagi. Kepakan sayapku telah terbangun kini aku terang, kini aku memaknai hidupku, kesialan itu telah berubah menjadi penjaga hati yang paling berhati-hati. Aku telah terbangun dari tidurku yang bertahun-tahun, pertanyaanku Dimana lagi akan kudengar suaramu? Dimana lagi Nebula ku berada?. Aku terbangun dengan sangat hati-hati tanpa menghapus jejakmu yang terlihat samar dari antariksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar