''Andai aku bisa menguraikan semua ini
sedikit saja dan semakin dekat untuk menjawab, lalu aku akan mati sebagai wanita yang bahagia...''
'Bunga, jika 2 benda senilai dengan benda ke tiga maka nilai masing-masing adalah sama'
'Itu adalah aturan pertama Euclid !'
'Ya, kau benar. Ternyata kau sudah membaca buku yang kukirim itu '
'Belum semua hanya sepenggal. Buku-buku mu menarik aku suka.'
'Terimakasih.'
'Baiklah hari sudah semakin sore. Aku antar kau. sudah selesai packing kah ? '
'Sudah dengan senang hati'
'Sampai bertemu di duapuluh lima , aku selalu menunggumu di sini untuk menungguku Bunga'
'Ya , semoga'
Pelukan hangat itu takkan pernah aku lupakan sepenggal hilang ion negatif dan ion positifku
semoga ini tidak berlangsung lama ...
Senja menunggu aku di rumah yang masih berantakan
Bersandar dengan ruang kosong melompong , aku mengambil bangku duduk menatap langit
aku hampir goyang , aku hampir punah , hampir dan nyaris
Belahan bumi mana lagi yang senang melihatku di ruang hampa dengan tatapan kosong merasa jauh
dari keramaian dan jauh dari cahaya
Aku duduk merenung dengan pandangan tajam
Ketika aku jujur aku di per-bodoh oleh mereka
ketika aku baik aku di per-alat oleh mereka
ketika aku membantu aku di-perbudak oleh mereka
Setelahnya aku sadar hal seperti itu adalah urusan aku dengan Tuhan bukan dengan mereka
jadi aku putuskan , aku akan tetap seperti itu sampai aku bertemu Tuhan dan bertanya
kenapa ada angka 25 ?
apakah mereka bentuk benda yang tunggal ?
apakah mereka bentuk yang hanya melengkapi ?
apakah mereka hanya terbentuk agar perhitungan menjadi sempurna ?
apakah mereka hanya seonggok angka yang cantik ?
Tuhan , berikan aku jawaban
'Hai, Bunga aku kembali aku tunggu di tempat biasa'
'.............................'
'Bila mana nanti aku belum tiba dalam sejam bacalah buku ini dan buka kotak besar disampingnya, F'
Aku mendapati serat kecil darinya
aku memutuskan untuk menunggunya dan membuka kotak itu . Aku membaca buku yang ia beri yang berjudul 'Gadis Kretek' aku memancarkan senyum lebar . Aku suka .
Kotak di samping hampir tidak tersentuh. Saat menyentuhnya aku tertawa lebar dan besar itu sepatu yang aku inginkan berwarna abu-abu
Aku sungguh senang
Sejam kemudian ...
'Hai , maaf aku telat bagaimana dengan kado ku kau menyukainya ?'
Aku memeluknya erat dan mengucapkan terimakasih untuk semua ini Kapten !
HAHAHA
'Aku sungguh menyukainya sangat-sangat menyukainya , bagaimana bisa kau mendapati ini semua ?'
'Hanya aku dan Tuhan ku yang tau'
'Bercanda mu keterlaluan''
'HAHA, tidak aku sendiri yang membelinya karena hampir semua warna sepatu kau pakai
nah, yang warna abu-abu ini tidak pernah terlihat ku . Nanti akan aku ceritakan Filosofi Abu-abu .'
'Benarkah ?' Aku berdiri langsung memeluknya dan menciumnya .
'Apa kabar dua lima hari ini ?'
'Sama saja dengan yang kemarin tak berubah satupun , Kamu ?'
'Ada yang berubah darimu ! Aku baik-baik saja selalu menunggumu sayang .'
'Berubah apanya?'
'SUARA KODOK'
'KAU, MONYET!'
HAHAHAHAHAHAHA!
Tuhan , aku harap belahan bumi kali ini berpihak padaku bukan pada waktu
mungkin hari ini adalah keajaiban mungkin esok adalah musuh buat ku . Dewa Zeus berpihaklah padaku
Hari itu bahagia tawa, canda, lelucon membuat senang
sore datang kembali dan aku harus mengizinkannya lagi , lagi dan lagi.
'Sampai bertemu lagi di duapuluh lima, Sayang '
'Ya, hati-hati.'
Kali ini aku tak ingin melihatnya dan takkan berbalik aku berjalan pulang menuju lorong gelap.
AKU LELAH!
Bunga...
Bunga...
Bungaaa....
Suara teriakan itu hilang lenyap habis di tiup oleh angin
___
Gadis Kretek
Baju tipisku menggerakkan mata lelaki yang ku temui bukan matanya
Rambut panjang ku tergerai luas menggerakkan tangan lelaki yang ku temui bukan tangannya
Tawa ku yang garing menggerakkan badan mereka yang ku temui bukan badannya
Senyum yang ku beri dan balasan itu bukan senyumnya
Kretek yang ku hisap bukan kretek darinya
Kretek yang terletak di meja itu bukan kreteknya
Puntung kretek yang berada di stasiun itu mungkin salah satu dari kreteknya tapi aku tak tahu yang mana
Puntung kretek yang masih berapi itu , itu tekahir kalinya yang dia hisap asapnya menghilang aku tak tahu kemana perginya
Kopi dengan kretek ku sajikan setiap malam untuknya
Hanya kopi yang membuatnya tersenyum , kretek hanya pelengkap
Saat hujan datang kopi yang ia cari dan lagi lagi kretek hanyalah pelengkap
Saat rindu hadir hanya wajah yang terlintas bernasib sama dengan kretek
Aku si gadis kretek yang akan menghidupkan kretekmu
Di tempat kita bertemu di duapuluh lima
Bangku dan meja yang menjadi tempat kopi dan kretekmu hanyalah tempat persinggahan mu
Sama dengan aku gadis persinggahan untuk menghidupkan kretekmu menghalau asap kretekmu
Dan kau hilang dalam asap kretekmu
Asap distasiun yang hilang itu adalah asap kretekmu yang kau bawa
Yang meninggalkan abu-abu filosofi di dalam ceritamu ...
Hari itu tiba hari dimana aku menunggu yang kesekian kalinya
aku harus memulai dari Nol kilometer lagi
mengulang untuk menunggunya , menungguku disini
menunggu filosofi abu-abu darinya yang ke duapuluh lima
___
'Sudah yang keberapa ini , Bunga ?'
'Pikiri saja di tempat tidur kosongmu , sebagaimana kau pernah berfikir tentang aku'
'Sudah yang keberapa ini, Bunga?'
'Sudah yang kesekian kalinya tempat itu kosong, jangan tanya aku.'
'Sudah yang keberapa ini, Bunga?'
'Yang ke berapa ? Yang ke duapuluh lima di tempat tidurmu'