Minggu, 25 Januari 2015

YANG KE BERAPA? YANG KE DUAPULUH LIMA





''Andai aku bisa menguraikan semua ini 
sedikit saja dan semakin dekat untuk menjawab, lalu aku akan mati sebagai wanita yang bahagia...''

'Bunga, jika 2 benda senilai dengan benda ke tiga maka nilai masing-masing adalah sama'
'Itu adalah aturan pertama Euclid !'
'Ya, kau benar. Ternyata kau sudah membaca buku yang kukirim itu '
'Belum semua hanya sepenggal. Buku-buku mu menarik aku suka.'
'Terimakasih.'
'Baiklah hari sudah semakin sore. Aku antar kau. sudah selesai packing kah ? '
'Sudah dengan senang hati'

'Sampai bertemu di duapuluh lima , aku selalu menunggumu di sini untuk menungguku Bunga'
'Ya , semoga'

Pelukan hangat itu takkan pernah aku lupakan sepenggal hilang ion negatif dan ion positifku 
semoga ini tidak berlangsung lama ...
Senja menunggu aku di rumah yang masih berantakan 

Bersandar dengan ruang kosong melompong , aku mengambil bangku duduk menatap langit 
aku hampir goyang , aku hampir punah , hampir dan nyaris
Belahan bumi mana lagi yang senang melihatku di ruang hampa dengan tatapan kosong merasa jauh 
dari keramaian dan jauh dari cahaya

Aku duduk merenung dengan pandangan tajam 
Ketika aku jujur aku di per-bodoh oleh mereka
ketika aku baik aku di per-alat oleh mereka 
ketika aku membantu aku di-perbudak oleh mereka 
Setelahnya aku sadar hal seperti itu adalah urusan aku dengan Tuhan bukan dengan mereka 
jadi aku putuskan , aku akan tetap seperti itu sampai aku bertemu Tuhan dan bertanya 
kenapa ada angka 25 ?
apakah mereka bentuk benda yang tunggal ?
apakah mereka bentuk yang hanya melengkapi ?
apakah mereka hanya terbentuk agar perhitungan menjadi sempurna ?
apakah mereka hanya seonggok angka yang cantik ? 
Tuhan , berikan aku jawaban 

'Hai, Bunga aku kembali aku tunggu di tempat biasa'
'.............................'

'Bila mana nanti aku belum tiba dalam sejam bacalah buku ini dan buka kotak besar disampingnya, F'
Aku mendapati serat kecil darinya
aku memutuskan untuk menunggunya dan membuka kotak itu . Aku membaca buku yang ia beri yang berjudul 'Gadis Kretek' aku memancarkan senyum lebar . Aku suka . 
Kotak di samping hampir tidak tersentuh. Saat menyentuhnya aku tertawa lebar dan besar itu sepatu yang aku inginkan berwarna abu-abu 
Aku sungguh senang

Sejam kemudian ...

'Hai , maaf aku telat bagaimana dengan kado ku kau menyukainya ?' 
Aku memeluknya erat dan mengucapkan terimakasih untuk semua ini Kapten !
HAHAHA

'Aku sungguh menyukainya sangat-sangat menyukainya , bagaimana bisa kau mendapati ini semua ?'
'Hanya aku dan Tuhan ku yang tau' 
'Bercanda mu keterlaluan''
'HAHA, tidak aku sendiri yang membelinya karena hampir semua warna sepatu kau pakai 
nah, yang warna abu-abu ini tidak pernah terlihat ku . Nanti akan aku ceritakan Filosofi Abu-abu .'
'Benarkah ?' Aku berdiri langsung memeluknya dan menciumnya .

'Apa kabar dua lima hari ini ?'

'Sama saja dengan yang kemarin tak berubah satupun , Kamu ?'
'Ada yang berubah darimu ! Aku baik-baik saja selalu menunggumu sayang .'
'Berubah apanya?'
'SUARA KODOK'
'KAU, MONYET!'
HAHAHAHAHAHAHA!

Tuhan , aku harap belahan bumi kali ini berpihak padaku bukan pada waktu 
mungkin hari ini adalah keajaiban mungkin esok adalah musuh buat ku . Dewa Zeus berpihaklah padaku 

Hari itu bahagia tawa, canda, lelucon membuat senang 
sore datang kembali dan aku harus mengizinkannya lagi , lagi dan lagi.

'Sampai bertemu lagi di duapuluh lima, Sayang '
'Ya, hati-hati.'
Kali ini aku tak ingin melihatnya dan takkan berbalik aku berjalan pulang menuju lorong gelap. 
AKU LELAH!

Bunga...
Bunga...
Bungaaa....

Suara teriakan itu hilang lenyap habis di tiup oleh angin

___

Gadis Kretek

Baju tipisku menggerakkan mata lelaki yang ku temui bukan matanya
Rambut panjang ku tergerai luas menggerakkan tangan lelaki yang ku temui bukan tangannya
Tawa ku yang garing menggerakkan badan mereka yang ku temui bukan badannya
Senyum yang ku beri dan balasan itu bukan senyumnya 

Kretek yang ku hisap bukan kretek darinya 
Kretek yang terletak di meja itu bukan kreteknya 
Puntung kretek yang berada di stasiun itu mungkin salah satu dari kreteknya tapi aku tak tahu yang mana 
Puntung kretek yang masih berapi itu , itu tekahir kalinya yang dia hisap asapnya menghilang aku tak tahu kemana perginya

Kopi dengan kretek ku sajikan setiap malam untuknya 
Hanya kopi yang membuatnya tersenyum , kretek hanya pelengkap
Saat hujan datang kopi yang ia cari dan lagi lagi kretek hanyalah pelengkap 
Saat rindu hadir hanya wajah yang terlintas bernasib sama dengan kretek 

Aku si gadis kretek yang akan menghidupkan kretekmu 
Di tempat kita bertemu di duapuluh lima 
Bangku dan meja yang menjadi tempat kopi dan kretekmu hanyalah tempat persinggahan mu 
Sama dengan aku gadis persinggahan untuk menghidupkan kretekmu menghalau asap kretekmu 
Dan kau hilang dalam asap kretekmu

Asap distasiun yang hilang itu adalah asap kretekmu yang kau bawa 
Yang meninggalkan abu-abu filosofi di dalam ceritamu ...

Hari itu tiba hari dimana aku menunggu yang kesekian kalinya 
aku harus memulai dari Nol kilometer lagi 
mengulang untuk menunggunya , menungguku disini 
menunggu filosofi abu-abu darinya yang ke duapuluh lima

___

'Sudah yang keberapa ini , Bunga ?'
'Pikiri saja di tempat tidur kosongmu , sebagaimana kau pernah berfikir tentang aku'
'Sudah yang keberapa ini, Bunga?'
'Sudah yang kesekian kalinya tempat itu kosong, jangan tanya aku.'
'Sudah yang keberapa ini, Bunga?'
'Yang ke berapa ? Yang ke duapuluh lima di tempat tidurmu'